Kamis, 25 Desember 2008

MUSYAWARAH BADKO HMI SUMATERA BARAT

Undangan online

Kepada yang terhomat :
1. Pengurus HMI Cabang Padang
2. Pengurus HMI Cabang Batusangkar
3. Pengurus HMI Cabang Solok
4. Pengurus HMI Cabang Bukitinggi
5. Pengurus HMI Cabang Payakumbuh
6. Pengurus HMI Cabang Padang Panjang
7. Pengurus HMI Cabang Sijunjung
8. Pengurus HMI Cabang Persiapan Lubuk Sikaping
9. Pengurus HMI Cabang Persiapan Pariaman
10. Pengurus HMI Cabang Persiapan Pesisir Selatan
di
Tempat

Sehubungan telah berakhirnya masa kepengurusan Badko HMI Sumatera Barat Periode 2006-2008 sudah seyogyanya menyelenggarakan Musyawarah Daerah (Musda) Badko HMI Sumatera Barat ke-5. Berdasarkan hal tersebut di atas maka kami mengundang Saudara untuk dapat hadir pada:

Hari / Tanggal :
Jum'at - Minggu / 26 - 28 Desember 2008
Tempat :
Ully Hotel Kota Solok
Acara :
Musyawarah Daerah (Musda)
Badko HMI Sumatera Barat ke -5

Demikianlah surat undangan ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Padang, 22 Desember 2008
Tertanda Pengurus Badko HMI Sumatera Barat

dto

Revi Marta Dasta
Ketua Umum


NB : Undangan terbuka buat segenap Kader HMI Sumatera Barat untuk meramaikan Studium General Musda Badko HMI Sumbar (Jum'at / 26 Desember 2008) menghadirkan pembicara: Kakanda Indra J. Piliang, Ukma Elsadias, Nova Indra.

Kamis, 20 November 2008

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan HMI

Monday, 15 September 2008

Pada rapat bidang yang dilaksanakan oleh Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi (KPP) PB HMI, Minggu, 14/09, ada keinginan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi kader-kader HMI. Walaupun sebenarrnya ide ini sudah sering di sampaikan pada forum-forum HMI, tetapi tidak ada salahnya untuk memulainya kembalai. Ide ini didasarkan pada, Pertama, kurangnya minat kader HMI untuk menggeluti dunia usaha pasca di HMI. Kebanyakan dari kader HMI lebih tertarik untuk menjadi politikus secepatnya. Padahal untuk menjadi politikus tentunya butuh juga dana untuk mampu bertahan dan berkembang dari hempasan permainan politik nantinya.

Kedua, meminimalisir ketergantungan pengurus HMI (PB HMI) terhadap alumni dalam menjalankan roda organisasi. Karena selama ini dalam setiap agenda HMI ketergantungan ini selalu saja terjadi. Sehingga alumni kadang-kadang takut ketemu dengan pengurus HMI. Karena pasti keluar dana setiap ketemu,,,ini seloroh kami waktu rapat. makanya HMI juga kreatif dalam mencari celah agar kegiatan bisa jalan tetapi mengurangi ketergantunagan. Bukannya HMI tidak butuh bantuan alumni HMI, tetapi bagaimana alumni bisa memberikan pancing dari pada ikannya.

Nah, untuk menjawab itu bidang KPP berencana mengadakan beberapa kegiatan untuk di bawa dalam raker PB HMI, 20-21 sep nanti. Diantaranya, Mengadakan Silaturahmi pengusaha dari alumni HMI dengan kader HMI yang berminat untuk menekuni dunia usaha. Targetnya nanti, bagaimana alumni mampu memberikan ilmunya sekaligus mengkader calon pengusaha muda HMI untuk mampu mandiri. Kedua, mengadakan workshop tentang kewirausahaan bagi kader HMI dan ketiga menggalakkan koperasi-koperasi ditingkat cabang HMI seluruh indoensia.

Salah satu contoh keberhasilan koperasi terjadi di HMI Cabang Mataram. Disana sudah berdiri koperasi syariah yang dikelola oleh cabang. Sejak berdiri beberapa tahun lalu sekarang sudah mampu membeli sekretariat permanen seharga 250 juta. Ini sebuah keberhasilan. Makanya kita juga ingin ada di PB HMI dan cabang-cabang lainnya. Dan tentunya kita butuh sokongan dan bantuan dari laumni HMI serta kawan-kawan HMI dalam mewujudkan itu. Insya Allah dengan niat yang baik, dapat terwujud pengusaha dari HMI dan tidak sekedar wacana lagi.


Wassalam
Revi Marta Dasta
Wasekjend KPP PB HMI

Dipublikasikan oleh FORAHMI

Pemilu, Siklus Politik Membosankan

Harian Umum Singgalang
3 Agustus 2008

Tiap sebentar pemilu, tiap sebentar pula terdengar pilkada. Inilah siklus politik yang membosankan, sekaligus menghabiskan dana triliunan rupiah. Untuk mendapatkan emosi primordial dari pemilih, beberapa ajang untuk pendekatan akan segera dihelat. Sebagaimana era pemilu waktu lalu, berbagai resepsi untuk mendapat gelar datuk, mulai semakin santer muncul ke permukaan.

“Aksi primordial dibutuhkan oleh para calon, untuk mendapatkan emosi kesukuan, keagamaan, ras dan masih banyak lagi. Bila pemilih sudah tahu suku seorang calon, agama yang dianut, warna kulit, wajah yang dimiliki, keturunan yang diwarisi, maka kemungkinan mendulang suara sudah di depan mata,” kata Pengamat Politik yang juga Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Padang (UNP), Drs. Suryanef, M.Si.

Dikatakan, pola mengghambur-hamburkan uang untuk menarik simpati primordial, hampir ditempuh semua orang yang ingin terjun dalam dunia politik. Imej adalah suatu hal yang utama, untuk mendulang suara di kancah politik.

Seringnya pemilihan kepala daerah, wakil rakyat, presiden dan lainnya, yang sudah pasti melibatkan masyarakat, dapat menimbulkan kebosanan. Ujung-ujungnya, akan timbullah sikap apatisme. Jika ditambah lagi dengan kepesimisan warga, akan sikap wakilnya yang terkadang hanya mementingkan diri sendiri, sikap apatis akan semakin memuncak.

Demokrasi, menurut Suryanef, merupakan sebuah prinsip yang universal. Kondisi politik bisa membuat semua jadi penuh curiga, karena tidak seorang calon pun yang murni siap kalah. Yang terjadi terkadang sebuah usaha mencari pembenaran tindakan yang dilakukan. Sehingga mau tidak mau, masyarakat yang jadi korban.

Pemilih cerdas

Dosen Universitas Andalas Kurniawarman, SH, MH berpendapat, proses demokrasi sesungguhnya tergantung kepada tingkat kecerdasan pemilih. Kalau pemilihnya cerdas, ujarnya, maka mereka akan memilih calon pemimpin dengan menggunakan akal sehat dan sesuai dengan kriteria pemimpin terbaik, maka akan menghasilkan pemimpin yang baik. Tapi kalau asal pilih atau memilih calon hanya berdasarkan keuntungan sesaat waktu kampanye saja, tentu hasilnya akan keliru.

Dikatakan, sistem pemilihan kepala daerah dan presiden di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Dari dulunya menggunakan sistem perwakilan di legislatif menjadi sistem pemilihan langsung. Dengan itu, masyarakat memiliki andil yang sangat besar dalam memilih pemimpinnya.

Pengamat masalah sosial di Padang, Advokat/praktisi Hukum pada kantor Handra Darwin &Rekan di Padang menilai, pemilihan kepala daerah memang menghabiskan dana yang sangat besar. “Namun bila penyelenggaranya dapat melakukan pesta rakyat tersebut dengan efektif dan efisien. Maka pilkada dapat berjalan secara maksimal,” jelasnya.

Sehingga bisa menciptakan produk kepala daerah yang berkualitas dalam arti dana yang keluarkan sesuai dengan dana yang bisa memproduk kepala daerah berkualitas. “Artinya, biaya mahal sesuai dengan dana yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai. Maka, tidak akan menjadi persoalan. Namun bila tidak maka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah harus ditinjau ulang lagi,” tuturnya.

Demokrasi adalah sebuah sistem ketatanegaraan yang menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada rakyat. Kendati demulkian sebga negara yang baru pada tahap menyesuaikan diri membangun demokrasi di Indonesia.

Solusi yang tepat untuk menghemat biaya pilkada yakni mengenai pelaksanaan pilkada secara serentak hanya soal penghematan dana semata. Itu tidak terlalu penting bila output bagus.

Juga mengenai pelaksanaan pilkada secara serentak hanya soal penghematan dana semata, itu tidak terlalu penting bila output bagus. Selain itu, bila pengalihan dana pilkada yang besar untuk subsidi kepada rakyat di bidang lain itu merupakan persoalan lain lagi. Sedangkan mengenai maraknya pemantau itu malah positif, karena dananya mandiri. Sedangkan pilkada hanya salah satu sarana mengajar rakyat berdemokrasi.

Sekjen Wadah Pengkajian dan Pengembangan Sosial Politik UNP, Muhibbuddin, mengakui, pemilu merupakan siklus politik membosan menjadi pertanda buruk bagi bangsa Indonesia, karena akan banyak suara yang hilang pada pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung dalam waktu dekat.

“Kondisi ini harus segera ditanggunglangi pemerintah dengan cepat, karena akan membawa dampak negatif pada pemilihan kepala daerah mendatang,” katanya.

Dikatakan, jika sebagian masyarakat mengatakan pilkada akan membosankan, tapi tidak untuk suasana kampanye yang akan dilakukan oleh berbagai partai. Sebab masing-masing partai akan menghadirkan artis-artis ternama dari ibukota. Tidak hanya itu, bantuan kepada masyarakat dari masing-masing partai juga akan mengalir seperti air.

“Suasana kampanye yang meriah disertai artis ibukota akan memberikan nuansa gembira bagi masyarakat. Begitupun dengan bantuan yang disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan. Tapi semua itu akan berubah ketika pemimpin yang dipilih tidak lagi menepati janji setelah terpilih,” sebut Muhib.

Menurutnya, pilkada dengan dana besar, yang disesuaikan dengan kebutuhan pilkada itu merupakan sebuah kewajaran. Sebab itu semua untuk kepentingan masyarakat banyak. Tapi jika dana pilkada dengan jumlah besar habis tanpa bisa dipertanggung jawabkan, itu patut dipertanyakan.

Pengamat politik dari IAIN Imam Bonjol, Ahmad Wira, MA berpandangan, ongkos demokrasi memang besar. Pemilu dan Pilkada terkesan hambur-hambur rupiah dalam bentuk pemasangan iklan-iklan politik.

“Aneh rasanya, banyak iklan dan pemberitahuan bahwa akan ada pesta demokrasi, akan tetapi banyak masyarakat yang tidak peduli sama sekali, kecuali segelintir orang. Apakah mereka tidak mendengar atau tidak melihat baliho terpampang di perempatan jalan dengan tampilan berbagai corak. Setidak-tidaknya, untuk menarik perhatian masyarakat yang melewati jalan itu. Bahkan Pilkada terkesan hambur-hamburkan uang untuk mencapai kemenangan dengan menghalalkan berbagai cara,” kata Dosen Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Disebutkan, perang isu antar kandidat, pendukung dan konstituennya telah terjadi pula melalui pesan singkat melalui telepon seluler, pertemuan-pertemuan tidak resmi dan melalui spanduk. Selain itu menggelar kegiatan lewat olahraga dan anak-anak muda, memakai jalur kunjungan ke mesjid-mesjid dan majelis taklimnya. Namun banyak juga masyarakat kelihatannya menanggapi dengan dingin.

Sering diutak-atik

Pakar Hukum pada Universitas Eka Sakti, Prof. Dr. H. Andi Mustari Pide, SH, mengatakan, pesta demokrasi sering diutak-atik orang dengan pendapat dan opini lain. “Pilkada dan pemilu sudah ada aturannya. Sepanjang aturan yang berlaku itu masih dijalankan pada koridornya, kenapa harus diganggu,” katanya.

Demokrasi di Indonesia, menurut Andi, sudah tercetus lama berlandaskan UUD 1945. Namun demokrasi yang bagaimana saat ini, tidak tentu pula. Katanya, demokrasi itu telah ada, namun masih ada yang amburadul, perlu ditinjau ulang lagi.

Begitu juga dengan pola pelaksanaan pilkada, menurutnya selama ini sudah berjalan sebagai mestinya, sesuai yang diaturkan didalam undang-undang pilkada. Namun, ada positif negatifnya. Pemborasan uang negara karena biaya pilkada menurutnya, hanya pikiran asal saja tanpa melihat sejauh mana dan bagaimana pesta pilkada itu dilakukan.

“Ibaratnya saja, dalam menikahkan anak sendiri. Jika dibuat dengan pesta yang meriah, di hotel yang megah dengan sajian yang mewah pula tentu akan mengahabiskan biaya yang mahal, namun jika hanya sederhana tentu akan ringan biayanya, sementara tujuannnya sama,” tukasnya.

Menurutnya hal yang demikian itu, sesuai pendapat akhir-akhir ini yang akan menyerentakkan proses pilkada hanya alasan tanpa peninjauan. Karena selain akan merepotkan dan membuat rancu di tengah masyarakat juga akan menciptakan iklim demokrasi tidak kondusif.

“Seandainya terjadi pilkada serentak, tentu akan ada nanti kesimpang siuran, mungkin jabatan kepala daerah A belum berakhir, atau juga ada yang sudah lewat demi menunggu keserentakan itu, apa itu yang akan dilakukan,” tuturnya.

Serentak

Sementara itu Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sumbar, Revi Marta Dasta berpendapat memang sebaiknya pemilihan kepala daerah (Pilkada) itu dilakukan secara serentak. Sebab menurut dia, sangat banyak manfaatnya jika Pilkada dilaksanakan serentak dari pada seperti saat ini.

“Saat ini terkesan, hampir setiap hari yang dikonsumsi masyarakat hanya maslah Pilkada. Belum selesai satu pilkada, muncul lagi Pilkada lain. Sehingga hari-hari masyarakat hanya diisi oleh Pilkada ke Pilkada saja,” ujarnya.

Dijelaskannya, jika Pilkada dilaksanakan serentak, maka permasalahan tentang Pilkada itu hanya sekali saja dilihat dan didengar masyarakat, sehingga masyarakat lebih bisa berkonsentrasi ke peningkatan ekonomi.

“Dengan Pilkada serentak, maksiat atau masalah-masalah Pilkada itu tentu bisa dikurangi. Sebab trauma akan konflik Pilkada itu bisa memakan waktu lama. Lihat saja Pilkada di Maluku Utara. Hingga kini hasil Pilkada itu tak jelas, sementara masyarak banyak yang sudah jadi korban. Kan kasian kita dengan masyarakat yang tak tahu apa-apa justru terseret ke kepentingan politik seseorang,” ujarnya.

Ditambahkan, apakah dengan ikut-ikutan dalam konflik itu ada untungnya. Kan tidak. Yang banyak justru ruginya. “Belum tentu juga pemimpin yang terpilih dan didukung dengan berdarah-darah oleh masyarakat itu nantinya akan pro rakyat. Yang jelas pertamanya saja sudah ada pengkotak-kotakan pendukung,” ujarnya.

Kembali ke Pilkada serentak, selain bisa mengurangi konflik, dengan pelaksanaan serentak, bisa juga lebih menghemat anggaran. “APBD daerah tidak tersedot oleh pembiayaan Pilkada. Akhirnya biaya besar yang harusnya dialokasikan untuk Pilkada bisa dialihkan kepada peningkatan perekonomian masyarakat,” ujarnya.

Terkait dengan pelaksanaan Pilkada serentak itu, tentu peraturan dan perundang-undangannya mesti dibahas dan dimatangkan di DPR. “Kita harap DPR bisa membahas aturan perundang-undangan dengan jelas, guna kemaslahatan masyarakat banyak,” ujarnya.oBambang/Hendri Nova/Lenggogeni/Yuke/Aswandi/Andika/Rifky

Sumpah dan Sampah Sejarah, (Tanggapan terhadap tulisan Husni Kamil Manik)

Oleh : Revi Marta Dasta, Ketua Umum Badko HMI Sumatera Barat

Mencermati tulisan Husni Kamil Manik di teras utama Harian Padang Ekspres (02/11) dengan judul “Sampah Sejarah” membuat penulis tergelitik untuk berkomentar. Husni membandingkan antara sumpah pemuda yang di ikrarkan oleh para pemuda Indonesia , 28 Oktober 1928 dengan sumpah palapa yang di bacakan patih Gajah Mada.

Menurut Husni bahwa Sumpah Palapa ini sempat terwujud ditandai dengan banyak daerah yang telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit. Tetapi itu tidak bertahan lama karena tidak cukup satu abad Majapahit sebagai kerajaan besar hancur seiring berkembangnya kerajaan islam waktu itu. Sehingga gagal lah Patih Gajah Mada dan majapahit mewujudkan sumpah palapa itu

Kemudian Husni mempertanyakan, apakah sumpah pemuda akan bernasib sama dengan dengan sumpah palapa?. Disini penulis menafsirkan yang dimaksudkan Husni, bahwa sumpah pemuda juga tidak kan bertahan lama, tidak sampai satu abad juga umurnya. Ini lah poin penting yang menjadi bahan pertanyaan penulis. Apakah benar demikian, sementara sumpah pemuda akan memasuki usia satu abad, sekarang sudah 80 tahun umurnya. Berarti sumpah pemuda akan tamat riwayatnya?

Menurut penulis, ada perbedaan mencolok kelahiran sumpah pemuda dan sumpah palapa ini. Pertama, Sumpah palapa dilahirkan oleh orang yang memegang kekuasaan waktu itu. Gajah Mada sebagai patih di kerajaan Majapahit memiliki perangkat untuk mewujudkannya. Ia punya senjata, pasukan dan juga dukungan dari pihak kerajaan. Maka dengan itu Gajah Mada akan lebih mudah mewujudkan idenya tadi.

Berbeda dengan sumpah pemuda yang dicetuskan oleh para pemuda indonesia yang saat itu kondisinya di bawah penjajahan. Mereka tidak memegang kekuasaan. Namun dengan keberanian dan kesadaran untuk bersatu maka dicetuskanlah sumpah pemuda. Bisa dibayangkan bagaimana mereka mengatur cara pertemuan dan meyakinkan satu sama lain.

Karena setiap saat Belanda siap melenyapkan nyawa mereka. Nah tentu sulit mewujudkan sumpah itu. Tetapi dengan semangat kebersamaan dan rasa bosan akan penjajahan serta atas dasar persatuan, pemuda yang berasal dari berbagai organisasi kedaerahan bersatu melaksanakan kongres pemuda.

Mereka berasal dari Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie. Maka dicetuskanlah sumpah pemuda itu dengan pengakuan kesamaan tanah air, bangsa dan bahasa.

Kedua, Sumpah Palapa hanya di cetuskan oleh kerajaan yang terletak di Jawa. Dan tentunya ide sumpah pemuda itu hanya dari orang-orang Majapahit saja. Belum pada tahap yang lebih luas. Sehingga ide dasar ini muncul hanya bersifat kedaerahan. Tidak seperti ide sumpah pemuda yang lahir dari anak bangsa dari berbagai suku bangsa, daerah serta agama yang berbeda. Sehingga semangat persatuan itu benar-benar terwujud.

Ketiga, penyebaran sumpah palapa dilakukan lewat kekerasan, katakanlah dengan perang. Logikanya Gajah Mada ingin mewujudkannya dengan jalan pintas. Bagi mereka yang tunduk tidak akan diperangi tetapi yang tidak mau patuh tentu akan dihancurkan. Hal ini tertuang dari isi sumpah yang yang di bacakan patih gajah mada tahun 1331; “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seram,tanjungpura, ring haru, pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya lebih kurang “Apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun telah dikalahkan, begitu pula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati istirahat” (Munadar, 2004:24).

Sementara sumpah pemuda disebarkan atas kesadaran untuk bangkit dan lepas dari penjajahan. Di samping juga memecahkan mitos bahwa bangsa Indonesia ini tidak akan pernah bersatu. Itulah yang ada di benak orang Belanda waktu itu.

Nah, penyebaran semangat sumpah pemuda ini juga berbeda dengan sumpah palapa. Caranya mengetuk perasaan setiap rakyat untuk bersatu. Menghilangkan rasa perbedaan. Demi satu tekad untuk merdeka. Maka tentu tidak ada kekerasan yang dilakukan. Inilah yang menurut penulis, sumpah pemuda ini bisa bertahan lama.

Maka tentu tidak bisa kita samakan antara sumpah palapa dengan sumpah pemuda. Keduanya besar sekali perbedaanya. Selain waktu dan tokoh yang terlibat, caranya juag berbeda. Kesamaannya hanya pada ide untuk mempersatukan nusantara.

Akhirnya pemulis berpendapat, bahwa Sumpah pemuda yang telah berumur selama 80 tahun ini tidaklah akan hancur di telan zaman seperti yang di tulis Husni tadi. Karena ide dasar yang diperjuangkan itu sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia . Semangat persatuan yang yang digagas oleh para pemuda waktu itu menjelma menjadi bentuk kesadaran melawan penjajahan dengan cara mewujudkan persatuan.

Namun tentu sumpah pemuda ini tentu di rawat. Caranya penulis sepakat kalau bangsa ini bisa mandiri dan memilki sumber daya manusia yang bisa diharapkan untuk membangun bangsa. Nah, bila ini bisa di mulai pemuda, maka nilai-nilai sumpah pemuda tentu tidak akan jadi sampah sejarah. Wassalam. (***)

Kamis, 25 September 2008

Kisruh Partai Menjelang Pemilu

Gejolak dan diringi perbedaan pendapat yang tajam di internal partai politik semakin meningkat menjelang pemilihan umum 2009. Kisruh Partai Menjelang Pemilu Oleh Revi Marta Dasta Gejolak dan diringi perbedaan pendapat yang tajam di internal partai politik semakin meningkat menjelang pemilihan umum 2009. Hal ini terjadi terutama pada saat penyusunan bakal calon legislatif di masing-masing daerah pemilihan. Pada umumnya terjadi karena ketidakpuasan dari beberapa bakal calon legislative (caleg) terkait dengan persoalan nomor urut, ketidak cocokan dengan daerah pemilihan yang diinginkan ataupun tidak dimasukkan dalam daftar bakal calon dalam pemilu nanti.


Contoh kasus terjadi saat mundurnya Yuddi Crisnandi, anggota DPR RI, dari daftar caleg yang di umumkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar. Menurut Yudi ia mundur karena tidak ditempatkan pada posisi yang tepat, padahal selama ini ia telah banyak berbuat untuk partai dan mendapatkan dukungan penuh dari konstotuennya di daerah. Namun pengunduran itu ditanggapi dingin oleh DPP partai golkar dan tentunya sangat Menyayangkan hal itu terjadi. Seperti yang disampaikan oleh Wakil ketua DPP Partai Golkar, Agung Laksono.


Belum selesai Yuddi, sekarang muncul kasus Fadel Muhammad. Fadel yang masih menjabat sebagai Gubernur Gorontalo, tidak di calonkan oleh partai golkar dalam pencalegan. Alasannya karena Fadel masih menjabat gubenur. Jika Fadel maju maka tentunya masyarakat yang telah memilihnya jadi kecewa. Padahal Fadel sangat berkeinginan sekali untuk menjadi anggota DPR untuk memberikan pengabdiannya. Keinginan itu sudah disampaikannya ke DPP. Inilah sebenarnya yang membuat fadel kecewa, sehingga ia berencana untuk mengumpulkan ketua-ketua DPD tingkat dua di indoneia untuk membuat silaturrahmi dan ada juga kabar bahwa Fadel akan menghadirkan Sri Sultan Mangkubowono dan Akbar Tanjung. Tentunya manuver Fadel yang tengah giat mempromosikam menjadi calon presiden ini, membuat gerah DPP. Tak hanya DPP tetapi juga beberapa pimpinan partai golkar di kota dan kabupatern di gorontalo. Ketidaksetujuan atas ide fadel itu di buktikan dengan hadirnya enam pimpinan kabupaten/kota menemui Jusuf Kalla. Lain lagi dengan Partai Persatuan Pembagunan yang juga tengah di terpa dugaan badai konflik. Ada kabar baru-baru ini bahwa sekjen PPP Irgan Chairul Mahfiz, dipecat oleh Ketua Umum PPP Suryadarma Ali. Irgan dikabarkan tidak mau menandatangai daftar caleg yang disodorkan oleh sang ketua umum. Namun isu bantah membantah tentang rumuor itu tetap berlanjut. Sehingga PPP juga tengah dilanda konflik. Tidak hanya PPP dan Golkar yang terdengar mulai ada masalah diinternalnya, PKB juga telah melewati konflik beberapa bulan belakangan ini. Kubu Gus Dur dan Muhaimen mengaku paling berhak atas PKB. Dan sampai sekarang masih berlangsung persidangan di Pengadilan. Adanya konflik PKB ini sangat jelas sekali berpengaruh terhadap penerimaan konstituen di level grass root. Simak Pilkada di Jawa Timur pada putaran pertama. Calon yang dijagokan oleh PKB hanya mendapat posisi juru kunci. Sebagian pengamat menilai, hal ini terjadi adalah akibat dari terus terjadinya dualism kepemimpinan di PKB. Banyaknya konflik ditingkat elit partai membuat masyarakat jadi binggung. Apa yang sebenarnya terjadi dengan partai politik kita hari ini. Banyak dugaan ternyata factor uang dan ketidak senangan beberapa orang dalam penyusunan bakal calon legislative telah membuat panas kondisi partai. Padahal partai politik mempunyai tugas berat hari ini, yaitu berusaha untuk merebut hati masyarakat. Apabila terus berkonflik tentunya partai yang akan rugi. Mestinya detik-detik menjelang pemilu, partai partai sudah saatnya melakukan konsolidasi. Tidak hanya dengan masyarakat, tetapi di internal partai juga harus melakukan konsolidasi. Tetapi fenomena konflik menjalang pemilu memang yang biasa menjelang pemilu. Setidaknya hal itu disampaikan oleh Ketua DPP PPP, Arif Mudatsir Mandan bahwa konflik partai merupakan siklus dari lima tahunan. Jadi merupakan hal yang biasa. Menurut peneliti Center of electoral Reform (Cetro) Erika Widyaningsih, perpecahan di internal tubuh partai disebabkan oleh system penyelenggaraan pemilu legislative indoensia yang masih terkungkung budaya patriaki. Jika hal itu benar, tentunya sekelompok orang yang berkuasa di partai saat ini akan mengusai partai secara keseluruhan. Sehingga partai bisa dijadikan alat untuk melakukan nepotisme terhadap kroni maupun oleh orang yang berkuasa saat ini di partai. Tujuannya untuk memluskan kepentingan yang berkuasa hari ini di partai. Jika ini terjadi tentu menjadi kemunduran bagi demokrasi kita hari ini. Bahwa ternyata orang yang duduk di legislative nanti bukanlah orang yang terseleksi secara sistematis oleh partai, tetapi karena kedekatan maupun factor keluarga. Maka tentunya kisruh partai yang berlangsung hari ini telah mengambarkan fenomena calon wakil rakyat kita kedepan. Ternyata mereka terlebih dahulu sikut-menyikut untuk mendapatkan jabatan nomor urut dan sebagainya. Bagaimana kalau mereka duduk nanti. Wallahualam Penulis adalah Wasekjen KPP PB HMI

Rabu, 10 September 2008

Kami Pengurus Badko HMI Sumbar Mengucapkan :

Pilkada Sebaiknya Serentak

KETUA Badko Himpunan Mahasiswa Islam Sumbar Revi marta Dasta berpendapat memang sebaiknya pemilihan kepala daerah (Pilkada) itu dilakukan secara serentak. Sebab menurut dia, sangat banyak manfaatnya jika Pilkada dilaksanakan serentak dari pada seperti saat ini.

“Saat ini terkesan, hampir setiap hari yang dikonsumsi masyarakat hanya maslah Pilkada. Belum selesai satu pilkada, muncul lagi Pilkada lain. Sehingga hari-hari masyarakat hanya diisi oleh Pilkada ke Pilkada saja,” ujarnya.

Dijelaskannya, jika Pilkada dilaksanakan serentak, maka permasalahan tentang Pilkada itu hanya sekali saja dilihat dan didengar masyarakat, sehingga masyarakat lebih bisa berkonsentrasi ke peningkatan ekonomi.

“Dengan Pilkada serentak, maksiat atau masalah-masalah Pilkada itu tentu bisa dikurangi. Sebab trauma akan konflik Pilkada itu bisa memakan waktu lama. Lihat saja Pilkada di Maluku Utara. Hingga kini hasil Pilkada itu tak jelas, sementara masyarak banyak yang sudah jadi korban. Kan kasian kita dengan masyarakat yang tak tahu apa-apa justru terseret ke kepentingan politik seseorang,” ujarnya.

Ditambahkan, apakah dengan ikut-ikutan dalam konflik itu ada untungnya. Kan tidak. Yang banyak justru ruginya. “Belum tentu juga pemimpin yang terpilih dan didukung dengan berdarah-darah oleh masyarakat itu nantinya akan pro rakyat. Yang jelas pertamanya saja sudah ada pengkotak-kotakan pendukung,” ujarnya.

Kembali ke Pilkada serentak, selain bisa mengurangi konflik, dengan pelaksanaan serentak, bisa juga lebih menghemat anggaran. “APBD daerah tidak tersedot oleh pembiayaan Pilkada. Akhirnya biaya besar yang harusnya dialokasikan untuk Pilkada bisa dialihkan kepada peningkatan perekonomian masyarakat,” ujarnya.

Terkait dengan pelaksanaan Pilkada serentak itu, tentu peraturan dan perundang-undangannya mesti dibahas dan dimatangkan di DPR. “Kita harap DPR bisa membahas aturan perundang-undangan dengan jelas, guna kemaslahatan masyarakat banyak,” demikian Revi Marta Dasta.***

Arbi Sanit Menilai SBY Sedang Gawat

Padang, Singgalang

Kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ini, sepertinya sedang dalam kondisi ‘gawat’. Jika hasil penyelidikan panitia angket menunjukan Presiden SBY melanggar hukum, ia bisa saja terkena sanksi impeachment (didakwa bersalah oleh legislatif, yang bisa berujung pencabutan mandatnya sebagai presiden). Kalau hal itu sampai terjadi, bisa dipastikan Megawati atau Wiranto akan menjadi presiden sebelum pemilihan presiden tahun 2009. Keduanya, meraih suara kedua dan ketiga dalam pilpres tempo hari.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, yang ditemui Singgalang dalam kunjungannya ke Padang, Senin (1/7), dalam acara Advance Training (LK III) Tingkat Nasional Badko HMI Sumbar, mengungkapkan pelaksanaan hak angket oleh DPR RI terkait dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM kemarin, bisa berujung petaka bagi kekuasaan SBY.

Kalau berdasarkan hasil penyelidikan panitia angket, SBY ternyata menyalahi undang-undang, maka bisa saja dia di impeachment,” kata Arbi.

Dijelaskan Arbi, impeachment memang tidak bisa langsung ‘memecat’ Presiden SBY, karena impeachment hanyalah sebuah proses dari lembaga legislatif yang secara resmi menjatuhkan dakwaan terhadap seorang pejabat tinggi negara. Namun itu merupakan langkah pertama menuju kemungkinan pencabutan mandatnya sebagai presiden.

Undang-undang Dasar 1945 mengatur, presiden dan/atau wakil presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usulan DPR. Baik apabila telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagaimana diatur dalam pasal 7A UUD 1945.

Namun untuk sampai pada titik tersebut, semuanya sangat bergantung pada orang-orang yang tergabung dalam panitia perumus hak angket itu nantinya,” sambung Arbi.

Dikatakan Arbi, seandainya itu terjadi, maka Megawati atau Wiranto yang akan menjadi presiden. Sesuai dengan perubahan ketiga UUD 1945, dimana dalam hal presiden dan wakil presiden keduanya berhalangan tetap secara bersamaan, maka partai politik (atau gabungan partai politik) yang pasangan calon presiden/wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pilpres sebelumnya, mengusulkan pasangan calon presiden/wakil presiden kepada MPR. Selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari, MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih presiden dan wakil presiden.

Bertabur bintang

Sementara itu, ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sumatra Barat, Revi Marta Dasta, yang dihubungi Singgalang, mengungkapkan, Badko HMI Sumbar, merasa sangat beruntung dalam pelaksanaan latihan kader (LK) III yang diadakan saat ini. Hal itu karena dalam pelaksanaannya, mendapat respons yang cukup besar dari kader-kader HMI yang sudah menjadi ‘tokoh’ saat ini.

Disampaikan Revi, LK III kali ini ‘bak bertaburkan bintang’ karena dihadiri setidaknya empat tokoh berkaliber nasional yang menjadi pembicara. Mulai Andirianof Chaniago, pengamat politik UI, yang tampil Senin (30/6), kemudian Arbi Sanit, juga pengamat politik UI pada Selasa (1/7). Juga masih ada Indra J. Piliang, pengamat politik tingkat nasional, yang akan tampil Rabu (2/7). Dan terakhir, Ketua PB HMI sendiri, Farhan Suhada, yang akan tampil pada saat penutupan acara, Jumat (4/7) nanti.

Usai dari HMI, Arbi Sanit maota lapau lamak di Harian Singgalang. CR 05

Jumat, 08 Agustus 2008

Formatur/ Ketua Umum PB HMI Periode 2008-2010


Formatur/ Ketua Umum PB HMI Periode 2008-2010

Nama : Arip Musthopa, SIP
Mantan Ketua Bidang Pembinaan Anggota PB HMI 2006-2008

Buat kader-kader HMI yang belum tahu, he. . . he . . .

Akhirnya ARIP MUSTOPHA terpilih sebagai Formatur/ Ketua Umum PB HMI 2008-2010

Informasi diperoleh duaberita pagi tadi sekitar pukul 8 malam yang dilaporkan oleh kontributor duaberta, saudara Ujo langsung dari tempat arena . Tampak terdengar teriakan panggilan , memanggil nama Arif Mustopa dan sesekali dipanggil adalah Adi Wibowo dan Muslim .

Dari hasil pemilihan putaran pertama tersebut , akhirnya persidangan HMI memilih nama yang akan maju di putaran ke-dua yang mewakili utusan, berbeda dengan putaran I yang mewakili cabang. Setelah menunggu sekitar satu jam maka di dapatkan informasi bahwa sdr. Arip Mustopha terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI / Formateur dengan :

Total Suara : 319

Arip Mustopha : 178 Suara

Muslim Hafidz : 36 Suara

Adi Wibowo : 100

Dengan demikian forummenyatakan sah bahwa saudara Arip Musthopa menjadi Ketua Umum PB HMI / Formateur dengan Mide formateur adalah Ahmad Nasir Siregar dan Farhan .

Sukses selalu HMI , Semoga menjadi organisasi mahasiswa tertua yang punya potensi kebangsaan dan ke-Islaman, Yakin Usaha Sampai .

"Badko HMI Sumatera Barat Mengucapkan Selamat Atas Terpilihnya ARIIF MUSTOPHA sebagai Formatur/ Ketua Umum dan FARHAN & AHMAD NASIR SIREGAR sebagai Mide Formatur Pengurus Besar HMI Periode 2008/2010"

Rabu, 30 Juli 2008

Kalla Buka Kongres ke-26 HMI di Palembang

Palembang - Wakil Presiden Jusuf Kalla pagi ini akan membuka Kongres ke-26 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Palembang Sumatera Selatan. Selanjutnya, Kalla juga akan melakukan kunjungan kerja.

Dalam kunjungannya ke Sumatera Selatan, Senin (28/07/2008), Kalla akan menghadiri kongres pembukaan kongres HMI yang diperkirakan diikuti sekitar 3.000 undangan.

"Diperkirakan akan datang sekitar 3.000 undangan dalam pembukaan Kongres HMI tersebut," kata Asisten II Bidang Ekonomi dan Keuangan Sumsel, Budi Rahardjo.

Selain itu, Kalla juga akan meninjau PT Bukit Asam di Tanjungenim, PT Pertamina Unit Pengolahan III Plaju, dan PT Pusri di Sungai Lais.

"Beliau juga ingin tahu tentang kita, dan kita juga mendorong beliau untuk melihat Sumsel sebagai sumber energi, selain itu juga memperlihatkan kesiapan Sumsel terkait masalah konversi mitan," jelas Budi.

(Antara)

Kontingen Dari Sumatera Barat telah berangkat semenjak tanggal 26 Juli 2008, mudah-mudahan Kongres HMI ke-26 ini dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan langkah-langkah kongrit untuk perbaikan Organisasi Mahasiswa tertua di Indonesia ini, AMIN.



Rabu, 28 Mei 2008

"Seminar 100 Tahun Kebangkitan Nasional" Badko HMI Sumbar & KNPI Sumbar

Mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung di Carano Room Padek
Kamis, 29 Mei 2008

Prihatin dengan Golkar, Berencana Maju di Pilpres 2009
Sebelum menghadiri “Seminar 100 Tahun Kebangkitan Nasional” yang digelar Badko Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumbar, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung menyempatkan diri bertandang ke Carano Room Padang Ekspres Group. Di hadapan awak redaksi, politisi asal Sibolga ini dengan gaya bicaranya yang tenang mengurai persoalan bangsa ini. “Saya prihatin dengan kondisi Partai Golkar. Performanya terus menurun. Pilkada di berbagai daerah banyak mengalami kekalahan. Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Jabar, Sumatera Utara, Lampung, calon-calon dari Golkar bertumbangan. Hanya sebagian kecil dan di daerah-daerah baru saja yang bisa dimenangkan calon dari Golkar. Kita juga tidak terlalu yakin dengan Pilkada di Jateng dan Jatim yang sebentar lagi akan digelar,” beber Akbar.
Bukan hanya masalah Golkar yang dikritisinya, tetapi juga tentang reformasi yang belum usai, peluang kepemimpinan kaum muda dan kenaikan BBM. Suasana Kota Padang yang cukup panas siang kemarin makin menghangatkan perbincangan beliau dengan awak redaksi. Lebih-lebih ketika awak redaksi meminta mantan Ketua Umum Golkar itu menganalisa kondisi Partai Golkar jelang pemilu 2009. Akbar secara blak-blakan mengaku prihatin dengan performa Partai Golkar yang terus menurun. Golkar mengalami kekalahan telak hampir di semua Pilkada.

Dalam dialog yang dipandu Wakil Pimpinan Redaksi Padang Ekspres Sukri Umar, Akbar juga mengaku heran dengan analisa Partai Golkar yang mengatakan persoalan Pilkada dengan Pemilu Legislatif jauh berbeda dan tidak akan berpengaruh terhadap perolehan suara partai pada Pemilu Legislatif 2009. Lucunya lagi kata Akbar, Golkar dengan beraninya menargetkan perolehan suara 30 persen.

MAJU DI PILRES : Mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung (tengah) didampingi Ketua Badko HMI Sumbar Revi Marta Dasta (kiri) dan Wapemred Padang Ekspres Sukri Umar di Carano Room Padek, kemarin “Hitungannya dari mana. Analisanya apa. Apa nggak salah tu. Tahun 2004 saja Golkar hanya mampu meraih suara 24,4 persen atau sekitar 24,5 juta suara. Kalau mau 30 persen berarti harus bisa mengumpulkan suara hingga 40 juta atau ada penambahan sekitar 16 juta suara. Coba pikir analisanya dari mana,” ujarnya.
Mantan Ketua KNPI Pusat itu juga makin bertambah heran dengan rencana Partai Golkar menghapuskan mekanisme konvensi yang sudah dirintisnya dalam menjaring calon presiden (Capres) tahun 2004. Menurutnya, pola ini sudah mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat. Malahan ia menilai jika inovasi politik itu sampai dihapus, bisa-bisa masyarakat balik bertanya konsistensi Golkar dalam menegakkan nilai-nilai demokrasi.

“Ini kan pendidikan politik bagi masyarakat. Kita bisa lihat di Amerika pertarungan antara Barack Obama dan Hillary Clinton sebelum memasuki pertarungan sesungguhnya. Mekanisme ini dilakukan agar calon yang diusung benar-benar mendapat dukungan kuat dari masyarakat. Jadi inovasi politik ini harus dipertahankan,” tukasnya.

Di tengah kian gencarnya tokoh-tokoh menyatakan kesiapannya menjadi Capres, Akbar Tanjung juga seakan tak mau ketinggalan. Dia juga mengaku berniat turut bertarung pada Pilpres 2009. Namun hingga kini dia belum berani memastikan partai politik mana yang akan menjadi kendaraan politiknya menuju kursi presiden. Tetapi kalau Golkar membuka mekanisme konvensi, Akbar dengan tegas menyatakan kesiapannya bertarung dengan kandidat lain.

“Kita lihat perkembangan dulu. Kalau masih ada mekanisme konvensi, berarti ada peluang melalui Golkar. Tapi kalau Golkar memakai mekanisme lain kita akan coba lirik partai lain, karena saya memang ingin mengabdi untuk bangsa ini. Jabatan yang sudah pernah saya pegang baik di DPR, eksekutif, lembaga kepemudaan dan kemahasiswaan merupakan modal untuk pengabdian,” terangnya.

Rakyat Berdaulat
Disingung soal reformasi, Akbar menilai sudah banyak kemajuan terutama dari sistem politik. Kini iklim demokrasi benar-benar terasa dan masyarakat menjadi pemegang kedaulatan tertinggi. Hal ini bisa dilihat dengan adanya Pilpres dan Pilkada secara langsung dan pembatasan masa jabatan presiden menjadi dua periode.
Dalam konteks penegakan hukum pun sudah ada perubahan nyata dengan lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tinggal lagi konsistensinya yang masih perlu diuji, dan semaksimal mungkin menghilangkan kesan adanya tebang pilih dalam proses penegakan hukum. Malahan ia menilai orang-orang yang mengatakan reformasi gagal, bukti pesimisme.

Namun ia juga tak menampik demokrasi sebagai buah reformasi masih sebatas prosedural dan belum secara utuh menyentuh persoalan substansial. Terutama dalam konteks kemampuan untuk menghargai perbedaan, persamaan di muka hukum, kesetaraan dan meminimalkan potensi-potensi konflik di tengah-tengah masyarakat. Juga termasuk melaksanakan agenda-agenda besar di antaranya pendidikan dan kesehatan murah, menekan angka pengangguran.

Untuk memikul beban tersebut Akbar menilai dibutuhkan pemerintahan, lembaga politik dan civil society yang kuat. Ia menilai partai politik harus mampu meningkatkan kualitas diri dan fungsinya dalam menampung, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Jangan sampai ada kesan partai politik hanya menjalankan komunikasi politik saat ada kepentingan saja. (gebril daulai)

Sumber: Harian Padang Ekspres (Kamis, 29 Mei 2008)

Rabu, 21 Mei 2008

GRAND LAUNCHING BUKU BIOGRAFI BANG SAIDAL DAN MUSWIL KAHMI SUMBAR

Monday, 31 March 2008

Peluncuran Buku dan Musyawarah Wilayah Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumatera Barat berlangsung sukses dan meriah. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2008 di hotel Pangeran Beach Padang itu, mendapat sambutan hangat dari seluruh anggota HMI dan KAHMI se Sumatera Barat. Hal ini di buktikan dengan membludaknya peserta yang hadir, walaupun menjelang acara dimulai Kota Padang di guyur hujan lebat dan mengalami keterlambatan acara selama lebih kurang 2 (dua) jam karena rombongan dari Jakarta yakni keluarga Bang Saidal, DR. Fasli Jalal, Ummi Cia, Taufik Ismail dan Ketua Forahmi Rinaldi Syam sempat mendarat di Pekanbaru karena cuaca buruk. Namun kegiatan yang mengusung Tema ” Memperkuat Peran KAHMI di Era Otonomi” itu dapat berjalan dengan aman dan lancar. Acara di mulai dengan peluncuran buku Biografi yang berjudul “Bang Saidal; Konsistensi Anak Zaman ” di tulis oleh dua orang penulis muda yaitu, Fajar Rusvan (Mantan Bendahara Umum Badko HMI Sumbar) dan Irham (Mantan Pengurus HMI Cabang Padang).

Kegiatan ini secara resmi di buka oleh Gubernur Sumatera Barat, Gamawan Fauzi. Dalam sambutannya Gamawan memuji ketauladan Bang Saidal semasa hidupnya. Bang Saidal adalah orang yang sangat sederhana dan konsisten dalam memegang prinsip. Hal ini terbukti dengan kehidupan keseharian beliau. “ Bang Saidal adalah orang yang banyak berjasa kepada saya ketika pencalonan menjadi gubernur” ulas Gamawan. Hal yang sama juga di sampaikan Dirjen Dikti RI. dr. Fasli Jalal, Phd, yang bertindak sebagai keynote Speaker dalam acara tersebut. Menurut Fasli, Bang Saidal adalah senior sekaligus guru terbaik. “ Kami sering berdiskusi tentang HMI dan perkuliahan dengan almarhum. “Bang Saidal adalah salah satu tokoh yang ikut menentukan jalan hidup saya”. Kata Fasli Jalal. Hal senada juga disampaikan oleh penulis, Fajar Rusvan, dalam penyampaian isi buku, ketika menjadi pembicara dalam peluncuran buku tersebut. Menurut Irvan panggilan penulis ini, salah satu yang membuat ia tergelitik membuat buku ini karena Bang Saidal merupakan tokoh segala zaman, perannya sangat kentara pada zamannya. Ia terlibat langsung dalam penumpasan G 30 S PKI, PRRI dan keterlibatannya dalam Masyumi. Ia adalah tokoh handal dan pemberani. Bakhtiar Kahar dari angkatan 66 Sumatera Barat dan Zayardam Zubir (Dosen Sejarah Universitas Andalas yang tampil sebagai pembahas, juga mengatakan hal yang sama. Bagi Zayardam, Ia melihat Bang Saidal adalah orang yang konsisten dalam menegakkan prinsip. Walaupun ia merupakan orang yang disegani di Sumatera Barat. Tapi ia tetap sederhana dalam hidupnya. Padahal ia seorang dokter dan bapaknya seorang notaries pada zaman Belanda. Kalau ia mau mungkin bang saidal sudah menjadi pejabat dan jadi orang kaya. Namun tidak begitu dengan bang saidal. Di akhir hidupnya ia tetap tinggal di rumah yang sederhana, dengan isi perabotan rumah yang masih lama dan tidak diganti. Begitu juga dengan mobil yang ia milki , masih mobil lama dan perlu di catat bahwa itu adalah millik Yayasan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, yang beliau dirikan. “ Rasanya gigit jari orang yang pernah mengatakan Bang Saidal melakukan korupsi ketika beliau menjabat anggota DPRD Sumatera Barat periode 1999-2004,” Sambung Adam, panggilan akrab Zayardam Zubir. Lain lagi peyampaian, Baktiar Kahar, bagi Da Yang, panggilan akrab beliau, Bang saidal adalah tokoh pelopor dan pejuang. Hal ini di buktikannya ketika terjun bersama-sama mempertahankan harga diri orang minang yang di tuduh pemberontak. Dan yang paling berkeresan dari diri bang saidal, beliau adalah tokoh yang konsisten dan berani. Ketika bang saidal sudah mengatakan tidak, maka selamanya tidak. Walaupun dengan prinsip yang dipegangnya itu ia pernah di tolak jadi PR III Unand dan di kucilkan oleh penguasa orde baru ketika ia menolak bergabung dalam KORPRI yang saat itu menjadi onder bouw nya Golkar. Dalam kata sambutan Presidium Majelis Nasional KAHMI, Rasyid Emili, mengusulkan agar Bang Saidal di usulkan sebagai Pahlawan Nasional dan meminta kepada gubernur Sumatera Barat agar salah satu nama Jalan di Sumatera Barat, Kota Padang Khususnya ada nama dr. H. Saidal Bahauddin, SKM sebagai nama jalan. Kontan saja disambut tepuk tangan meriah dari 300 orang peserta dan undangan yang hadir. Diantara undangan tersebut tampak hadir, istri dan anak-anak bang saidal, ketua Forum Alumni HMI Minang (Forahmi) Rinaldi Syam. Cia Malik Zain (Umi Cia), Taufik Ismail (Sastrawan), Mantan Ketua Umum Badko HMI Jawa Bagian Barat, Dr. Berliana Kartakusuma, Ketua KNPI Sumatera Barat, Marzul Veri, dan para tokoh Sumatera Barat, serta anggota HMI yang hadir disetiap cabang yang ada di Sumatera Barat. Acara Grand Launching Buku Bang Saidal: Konsistensi Anak Zaman ditutup dengan pembacaan sajak oleh Taufik Ismail “Bendera Laskar” yang memukau ratusan undangan yang hadir.

Perdebatan Sengit Warnai Muswil IV KAHMI Sumbar.

Setelah peluncuran buku selesai, acara dilanjutkan dengan Muswil IV KAHMI Sumbar pada siang harinya. Acara muswil ini di pimpin langsung oleh Dr. Jafrinur, yang juga ketua panitia acara tersebut dan di dampingi oleh dua orang pimpinan sidang lainnya, yaitu Zulkenedi Said (anggota DPRD Sumatera Barat) dan Basrizal Dt.Rangkayo Basa (Anggota DPRD Kab. Tanah Datar). Sedangkan laporan pertanggung jawaban Presidum KAHMI 2001 -2006 disampaikan oleh Firman Hasan, SH, LLM. Dalam penyampaiannya Firman mengungkapkan tentang perkembangan pembangunan wisma HMI/KAHMI Sumbar yang masih butuh bantuan dan dorongan dari segenap usnur KAHMI. Hal senada juga di sampaikan oleh Hj. Ema Yohana selaku ketua panitia pembangunan. Setelah melewati beberapa pleno dan pleno V (kelima), dengan agenda pemilihan Presidium Majelis Wilayah Kahmi Sumbar Periode 2008 – 2013 sempat memanas pada perdebatan sengit tentang kriteria calon dan mekanisme pemilihan juga diselingi dengan interupsi layaknya “maulang-ulang kaji” ketika waktu Basic Training dulu, dengan kepiawaian Pimpinan Sidang yang mantan Ketua Umum HMI Cabang Padang Periode 1986 itu, baginya ini bukan lah hal yang baru dan rumit mengingat pengalamannya pada Kongres HMI ke 16 di Padang yang penuh dilema antara 2 (dua) pilihan mempertahankan Islam sebagai azas HMI atau menerima hegemoni azas tunggal Pancasila ketika itu ia memimpin HMI Cabang Padang dialah DR. Ir. Jafrinur putra Koto Tangah.

Sedikit ulasan perdebatan pada kriteria calon Presidium seperti yang disampaikan Safruddin Abbas (Dinas Pendidikan Sumbar) bahwa Muswil ini sangat strategis karena periode ini akan dihadapi banyak momen politik baik Pemilu legislatif dan pilpres 2009 serta pilgub sumbar 2010, yang selayaknya jadi presidium Kahmi sumbar 2008 – 2013 adalah orang-orang yang mampu menjadi barometer politik daerah maupun nasional. Sementara Djonimar Boer mengatakan calon presidium mesti orang yang mampu memberikan sumbangan untuk HMI/KAHMI dengan nominal terendah 1 (satu) juta sebulan. Pada perdebatan Mekanisme hendri Matius sangat ngotot mengusulkan agar presidium dipilih melalui mekanisme kesepakatan musyawarah untuk mufakat, artinya tanpa voting. Akhirnya dengan mekanisme “one man one vote” terpilih tujuh orang presidium KAHMI periode 2008 – 2013, yang terdiri dari, Ir. H. Djonimar Boer (Anggota DPRD Sumbar) empat belas suara, Dr. Ir. Jafrinur (Dosen Unand) sembilan suara, Ir. Marzul Veri (Ketua KNPI Sumatera Barat/Anggota KPU Sumbar) delapan suara, Hj. Ema Yohana (Pengusaha) tiga suara, Dr. Fasbir M. Noor Siddin (Dosen Unand) tiga suara, Basrizal Dt. Rangkayo Basa (Anggota DPRD Kab. Tanah Datar) dua suara, dan Mimi Suhatri (Dosen IAIN Imam Bonjol Padang) satu suara. Total suara 84 (delapan puluh empat) suara (3) tiga abstain dan (1) satu batal dengan 26 orang balon presidium. Selanjutnya acara Muswil ini ditutup oleh Prresidium Majelis Nasional KAHMI, Rasyid Emili.

Wassalam(Liputan Revi Marta Dasta/Agustian Piliang)

Pemutakhiran Terakhir ( Monday, 31 March 2008 )

Selasa, 05 Februari 2008

Lomba Menulis Artikel Badko HMI Sumbar

Buat:
Ketua2 Umum HMI Cabang-Korkom-Komisariat, Ketua2 Bidang, Ketua Lembaga Khusus/ Kekaryaan, Para Pejabat Kampus maupun tidak, Mantan Pengurus HMI maupun Calon Pengurus, Anggota Biasa, Muda, maupun yang ngerasa sebagai Anggota Luar Biasa.

Badko HMI Sumbar menantang Saudara semua untuk menggoreskan ide-ide yang ada di benak masing-masing dalam bentuk artikel itupun kalo punya. Jangan hanya mengaku sebagai mahasiswa plus kader HMI apabila masih memiliki pena yang tumpul yang tidak pernah digunakan. Buktikan kalau kamu, kamu dan kamu bukan cuma “MONGONDO” (Modal Ngomong Doang).

Kapan lagi seantero dunia mengetahui ide pemikiran mu? Inilah ajang untuk membuktikannya. Saatnya beraksi, ajari dunia dengan ilmu-mu, karena ilmu bukan untuk pribadi.


Dalam rangka memperingati Milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke-61, Badko HMI Sumatera Barat menyelenggarakan:
“Lomba Menulis Artikel/Opini”

Dengan syarat dan ketentuan sbb:

1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan EYD yang benar.
2. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran atau mengambil ide dari karya orang lain
3. Panjang Tulisan 3-5 lembar A4, spasi 1.5 dgn Ukuran tulisan Font 12 (Times New Roman)
4. Artikel tersebut belum pernah dipublikasikan
5. Peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) naskah artikel
6. Tulisan/artikel mengangkat tema sbb :

Refleksi 61 Tahun HMI dari Sudut Pandang sbb:

  • Keumatan (Ke-Islaman)
  • Kebangsaan (Nasionalisme)
  • Kepemudaan/ Kemahasiswaan
  • Pengalaman Pribadi Selama ber-HMI

7. Hadiah lomba sebagai berikut:

  • Juara I : Tabungan Bank HMI Rp 500.000,- + sertifikat + Tropi Presidium KAHMI Wil. Sumbar
  • Juara II : Tabungan Bank HMI Rp 300.000,- + sertifikat + Tropi Ketum Badko. HMI Sumbar
  • Juara III : Tabungan Bank HMI Rp 150.000,- + sertifikat
  • Juara Harapan I & II : Buku + sertifikat

Peserta wajib mengirimkan:

Naskah artikel asli dalam bentuk softcopy(kirim via e-mail : badkohmisumbar@gmail.com)PALING LAMBAT tanggal 28 Februari 2008 beserta CurrĂ­culum Vitae (CV) singkat penulis.

YANG PALING SERU ADALAH:
10 artikel terbaik akan dibukukan/dicetakserta dipublikasikan ke seluruh HMI Cabang Se- Indonesia

Bagi HMI Cabang di Lingkungan HMI Sumbar dirapkan untuk memperbanyak liflet ini, silahkan klik ini: Liflet dlm format pdf

Selasa, 15 Januari 2008

Sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

A. DEFINISI SEJARAH

Sejarah adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau ummat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA HMI

Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar belakang sejarah berdirinya HMI. Selanjutnya...

Minggu, 06 Januari 2008

BADKO HMI SUMATERA BARAT


HMI : BE BETTER IN COMFORT

Selamat Datang, Kawan...

Mari Kemari, Datang... datanglah.
Mari kemari datanglah siapapun dirimu.
Pengelana, Peragu, dan Pecinta mari...
Kemari datanglah.

Tak penting kau percaya atau tidak...
Mari, kemari datanglah
Kami bukanlah caravan yang patah hati ...
atau pintu-pintu dari keputus asa-an,
Mari kemari datanglah...

Meski kau telah jatuh ribuan kali,
Meski kau telah patahkan ribuan janji,
Mari kemari datang... datanglah sekali lagi

(Mawlana Jalaludin Rumi)

Ini adalah Portal resmi
Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Barat
" HMI : BE BETTER IN COMFORT "
Yakin Usaha Sampai