
Peluncuran Buku dan Musyawarah Wilayah Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumatera Barat berlangsung sukses dan meriah. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2008 di hotel Pangeran Beach Padang itu, mendapat sambutan hangat dari seluruh anggota HMI dan KAHMI se Sumatera Barat. Hal ini di buktikan dengan membludaknya peserta yang hadir, walaupun menjelang acara dimulai Kota Padang di guyur hujan lebat dan mengalami keterlambatan acara selama lebih kurang 2 (dua) jam karena rombongan dari Jakarta yakni keluarga Bang Saidal, DR. Fasli Jalal, Ummi Cia, Taufik Ismail dan Ketua Forahmi Rinaldi Syam sempat mendarat di Pekanbaru karena cuaca buruk. Namun kegiatan yang mengusung Tema ” Memperkuat Peran KAHMI di Era Otonomi” itu dapat berjalan dengan aman dan lancar. Acara di mulai dengan peluncuran buku Biografi yang berjudul “Bang Saidal; Konsistensi Anak Zaman ” di tulis oleh dua orang penulis muda yaitu, Fajar Rusvan (Mantan Bendahara Umum Badko HMI Sumbar) dan Irham (Mantan Pengurus HMI Cabang Padang).
Kegiatan ini secara resmi di buka oleh Gubernur Sumatera Barat, Gamawan Fauzi. Dalam sambutannya Gamawan memuji ketauladan Bang Saidal semasa hidupnya. Bang Saidal adalah orang yang sangat sederhana dan konsisten dalam memegang prinsip. Hal ini terbukti dengan kehidupan keseharian beliau. “ Bang Saidal adalah orang yang banyak berjasa kepada saya ketika pencalonan menjadi gubernur” ulas Gamawan. Hal yang sama juga di sampaikan Dirjen Dikti RI. dr. Fasli Jalal, Phd, yang bertindak sebagai keynote Speaker dalam acara tersebut. Menurut Fasli, Bang Saidal adalah senior sekaligus guru terbaik. “ Kami sering berdiskusi tentang HMI dan perkuliahan dengan almarhum. “Bang Saidal adalah salah satu tokoh yang ikut menentukan jalan hidup saya”. Kata Fasli Jalal. Hal senada juga disampaikan oleh penulis, Fajar Rusvan, dalam penyampaian isi buku, ketika menjadi pembicara dalam peluncuran buku tersebut. Menurut Irvan panggilan penulis ini, salah satu yang membuat ia tergelitik membuat buku ini karena Bang Saidal merupakan tokoh segala zaman, perannya sangat kentara pada zamannya. Ia terlibat langsung dalam penumpasan G 30 S PKI, PRRI dan keterlibatannya dalam Masyumi. Ia adalah tokoh handal dan pemberani. Bakhtiar Kahar dari angkatan 66 Sumatera Barat dan Zayardam Zubir (Dosen Sejarah Universitas Andalas yang tampil sebagai pembahas, juga mengatakan hal yang sama. Bagi Zayardam, Ia melihat Bang Saidal adalah orang yang konsisten dalam menegakkan prinsip. Walaupun ia merupakan orang yang disegani di Sumatera Barat. Tapi ia tetap sederhana dalam hidupnya. Padahal ia seorang dokter dan bapaknya seorang notaries pada zaman Belanda. Kalau ia mau mungkin bang saidal sudah menjadi pejabat dan jadi orang kaya. Namun tidak begitu dengan bang saidal. Di akhir hidupnya ia tetap tinggal di rumah yang sederhana, dengan isi perabotan rumah yang masih lama dan tidak diganti. Begitu juga dengan mobil yang ia milki , masih mobil lama dan perlu di catat bahwa itu adalah millik Yayasan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina, yang beliau dirikan. “ Rasanya gigit jari orang yang pernah mengatakan Bang Saidal melakukan korupsi ketika beliau menjabat anggota DPRD Sumatera Barat periode 1999-2004,” Sambung Adam, panggilan akrab Zayardam Zubir. Lain lagi peyampaian, Baktiar Kahar, bagi Da Yang, panggilan akrab beliau, Bang saidal adalah tokoh pelopor dan pejuang. Hal ini di buktikannya ketika terjun bersama-sama mempertahankan harga diri orang minang yang di tuduh pemberontak. Dan yang paling berkeresan dari diri bang saidal, beliau adalah tokoh yang konsisten dan berani. Ketika bang saidal sudah mengatakan tidak, maka selamanya tidak. Walaupun dengan prinsip yang dipegangnya itu ia pernah di tolak jadi PR III Unand dan di kucilkan oleh penguasa orde baru ketika ia menolak bergabung dalam KORPRI yang saat itu menjadi onder bouw nya Golkar. Dalam kata sambutan Presidium Majelis Nasional KAHMI, Rasyid Emili, mengusulkan agar Bang Saidal di usulkan sebagai Pahlawan Nasional dan meminta kepada gubernur Sumatera Barat agar salah satu nama Jalan di Sumatera Barat, Kota Padang Khususnya ada nama dr. H. Saidal Bahauddin, SKM sebagai nama jalan. Kontan saja disambut tepuk tangan meriah dari 300 orang peserta dan undangan yang hadir. Diantara undangan tersebut tampak hadir, istri dan anak-anak bang saidal, ketua Forum Alumni HMI Minang (Forahmi) Rinaldi Syam. Cia Malik Zain (Umi Cia), Taufik Ismail (Sastrawan), Mantan Ketua Umum Badko HMI Jawa Bagian Barat, Dr. Berliana Kartakusuma, Ketua KNPI Sumatera Barat, Marzul Veri, dan para tokoh Sumatera Barat, serta anggota HMI yang hadir disetiap cabang yang ada di Sumatera Barat. Acara Grand Launching Buku Bang Saidal: Konsistensi Anak Zaman ditutup dengan pembacaan sajak oleh Taufik Ismail “Bendera Laskar” yang memukau ratusan undangan yang hadir.
Perdebatan Sengit Warnai Muswil IV KAHMI Sumbar.
Setelah peluncuran buku selesai, acara dilanjutkan dengan Muswil IV KAHMI Sumbar pada siang harinya. Acara muswil ini di pimpin langsung oleh Dr. Jafrinur, yang juga ketua panitia acara tersebut dan di dampingi oleh dua orang pimpinan sidang lainnya, yaitu Zulkenedi Said (anggota DPRD Sumatera Barat) dan Basrizal Dt.Rangkayo Basa (Anggota DPRD Kab. Tanah Datar). Sedangkan laporan pertanggung jawaban Presidum KAHMI 2001 -2006 disampaikan oleh Firman Hasan, SH, LLM. Dalam penyampaiannya Firman mengungkapkan tentang perkembangan pembangunan wisma HMI/KAHMI Sumbar yang masih butuh bantuan dan dorongan dari segenap usnur KAHMI. Hal senada juga di sampaikan oleh Hj. Ema Yohana selaku ketua panitia pembangunan. Setelah melewati beberapa pleno dan pleno V (kelima), dengan agenda pemilihan Presidium Majelis Wilayah Kahmi Sumbar Periode 2008 – 2013 sempat memanas pada perdebatan sengit tentang kriteria calon dan mekanisme pemilihan juga diselingi dengan interupsi layaknya “maulang-ulang kaji” ketika waktu Basic Training dulu, dengan kepiawaian Pimpinan Sidang yang mantan Ketua Umum HMI Cabang Padang Periode 1986 itu, baginya ini bukan lah hal yang baru dan rumit mengingat pengalamannya pada Kongres HMI ke 16 di Padang yang penuh dilema antara 2 (dua) pilihan mempertahankan Islam sebagai azas HMI atau menerima hegemoni azas tunggal Pancasila ketika itu ia memimpin HMI Cabang Padang dialah DR. Ir. Jafrinur putra Koto Tangah.
Sedikit ulasan perdebatan pada kriteria calon Presidium seperti yang disampaikan Safruddin Abbas (Dinas Pendidikan Sumbar) bahwa Muswil ini sangat strategis karena periode ini akan dihadapi banyak momen politik baik Pemilu legislatif dan pilpres 2009 serta pilgub sumbar 2010, yang selayaknya jadi presidium Kahmi sumbar 2008 – 2013 adalah orang-orang yang mampu menjadi barometer politik daerah maupun nasional. Sementara Djonimar Boer mengatakan calon presidium mesti orang yang mampu memberikan sumbangan untuk HMI/KAHMI dengan nominal terendah 1 (satu) juta sebulan. Pada perdebatan Mekanisme hendri Matius sangat ngotot mengusulkan agar presidium dipilih melalui mekanisme kesepakatan musyawarah untuk mufakat, artinya tanpa voting. Akhirnya dengan mekanisme “one man one vote” terpilih tujuh orang presidium KAHMI periode 2008 – 2013, yang terdiri dari, Ir. H. Djonimar Boer (Anggota DPRD Sumbar) empat belas suara, Dr. Ir. Jafrinur (Dosen Unand) sembilan suara, Ir. Marzul Veri (Ketua KNPI Sumatera Barat/Anggota KPU Sumbar) delapan suara, Hj. Ema Yohana (Pengusaha) tiga suara, Dr. Fasbir M. Noor Siddin (Dosen Unand) tiga suara, Basrizal Dt. Rangkayo Basa (Anggota DPRD Kab. Tanah Datar) dua suara, dan Mimi Suhatri (Dosen IAIN Imam Bonjol Padang) satu suara. Total suara 84 (delapan puluh empat) suara (3) tiga abstain dan (1) satu batal dengan 26 orang balon presidium. Selanjutnya acara Muswil ini ditutup oleh Prresidium Majelis Nasional KAHMI, Rasyid Emili.
Wassalam(Liputan Revi Marta Dasta/Agustian Piliang)
Pemutakhiran Terakhir ( Monday, 31 March 2008 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar