Kamis, 20 November 2008

Sumpah dan Sampah Sejarah, (Tanggapan terhadap tulisan Husni Kamil Manik)

Oleh : Revi Marta Dasta, Ketua Umum Badko HMI Sumatera Barat

Mencermati tulisan Husni Kamil Manik di teras utama Harian Padang Ekspres (02/11) dengan judul “Sampah Sejarah” membuat penulis tergelitik untuk berkomentar. Husni membandingkan antara sumpah pemuda yang di ikrarkan oleh para pemuda Indonesia , 28 Oktober 1928 dengan sumpah palapa yang di bacakan patih Gajah Mada.

Menurut Husni bahwa Sumpah Palapa ini sempat terwujud ditandai dengan banyak daerah yang telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit. Tetapi itu tidak bertahan lama karena tidak cukup satu abad Majapahit sebagai kerajaan besar hancur seiring berkembangnya kerajaan islam waktu itu. Sehingga gagal lah Patih Gajah Mada dan majapahit mewujudkan sumpah palapa itu

Kemudian Husni mempertanyakan, apakah sumpah pemuda akan bernasib sama dengan dengan sumpah palapa?. Disini penulis menafsirkan yang dimaksudkan Husni, bahwa sumpah pemuda juga tidak kan bertahan lama, tidak sampai satu abad juga umurnya. Ini lah poin penting yang menjadi bahan pertanyaan penulis. Apakah benar demikian, sementara sumpah pemuda akan memasuki usia satu abad, sekarang sudah 80 tahun umurnya. Berarti sumpah pemuda akan tamat riwayatnya?

Menurut penulis, ada perbedaan mencolok kelahiran sumpah pemuda dan sumpah palapa ini. Pertama, Sumpah palapa dilahirkan oleh orang yang memegang kekuasaan waktu itu. Gajah Mada sebagai patih di kerajaan Majapahit memiliki perangkat untuk mewujudkannya. Ia punya senjata, pasukan dan juga dukungan dari pihak kerajaan. Maka dengan itu Gajah Mada akan lebih mudah mewujudkan idenya tadi.

Berbeda dengan sumpah pemuda yang dicetuskan oleh para pemuda indonesia yang saat itu kondisinya di bawah penjajahan. Mereka tidak memegang kekuasaan. Namun dengan keberanian dan kesadaran untuk bersatu maka dicetuskanlah sumpah pemuda. Bisa dibayangkan bagaimana mereka mengatur cara pertemuan dan meyakinkan satu sama lain.

Karena setiap saat Belanda siap melenyapkan nyawa mereka. Nah tentu sulit mewujudkan sumpah itu. Tetapi dengan semangat kebersamaan dan rasa bosan akan penjajahan serta atas dasar persatuan, pemuda yang berasal dari berbagai organisasi kedaerahan bersatu melaksanakan kongres pemuda.

Mereka berasal dari Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie. Maka dicetuskanlah sumpah pemuda itu dengan pengakuan kesamaan tanah air, bangsa dan bahasa.

Kedua, Sumpah Palapa hanya di cetuskan oleh kerajaan yang terletak di Jawa. Dan tentunya ide sumpah pemuda itu hanya dari orang-orang Majapahit saja. Belum pada tahap yang lebih luas. Sehingga ide dasar ini muncul hanya bersifat kedaerahan. Tidak seperti ide sumpah pemuda yang lahir dari anak bangsa dari berbagai suku bangsa, daerah serta agama yang berbeda. Sehingga semangat persatuan itu benar-benar terwujud.

Ketiga, penyebaran sumpah palapa dilakukan lewat kekerasan, katakanlah dengan perang. Logikanya Gajah Mada ingin mewujudkannya dengan jalan pintas. Bagi mereka yang tunduk tidak akan diperangi tetapi yang tidak mau patuh tentu akan dihancurkan. Hal ini tertuang dari isi sumpah yang yang di bacakan patih gajah mada tahun 1331; “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring seram,tanjungpura, ring haru, pahang, dompo, ring bali, sunda, palembang, tumasik, samana isun amukti palapa”.

Terjemahannya lebih kurang “Apabila sudah kalah Nusantara, saya akan beristirahat, apabila Gurun telah dikalahkan, begitu pula Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, pada waktu itu saya akan menikmati istirahat” (Munadar, 2004:24).

Sementara sumpah pemuda disebarkan atas kesadaran untuk bangkit dan lepas dari penjajahan. Di samping juga memecahkan mitos bahwa bangsa Indonesia ini tidak akan pernah bersatu. Itulah yang ada di benak orang Belanda waktu itu.

Nah, penyebaran semangat sumpah pemuda ini juga berbeda dengan sumpah palapa. Caranya mengetuk perasaan setiap rakyat untuk bersatu. Menghilangkan rasa perbedaan. Demi satu tekad untuk merdeka. Maka tentu tidak ada kekerasan yang dilakukan. Inilah yang menurut penulis, sumpah pemuda ini bisa bertahan lama.

Maka tentu tidak bisa kita samakan antara sumpah palapa dengan sumpah pemuda. Keduanya besar sekali perbedaanya. Selain waktu dan tokoh yang terlibat, caranya juag berbeda. Kesamaannya hanya pada ide untuk mempersatukan nusantara.

Akhirnya pemulis berpendapat, bahwa Sumpah pemuda yang telah berumur selama 80 tahun ini tidaklah akan hancur di telan zaman seperti yang di tulis Husni tadi. Karena ide dasar yang diperjuangkan itu sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia . Semangat persatuan yang yang digagas oleh para pemuda waktu itu menjelma menjadi bentuk kesadaran melawan penjajahan dengan cara mewujudkan persatuan.

Namun tentu sumpah pemuda ini tentu di rawat. Caranya penulis sepakat kalau bangsa ini bisa mandiri dan memilki sumber daya manusia yang bisa diharapkan untuk membangun bangsa. Nah, bila ini bisa di mulai pemuda, maka nilai-nilai sumpah pemuda tentu tidak akan jadi sampah sejarah. Wassalam. (***)

Tidak ada komentar: